Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman Kedelai
- Pengendalian Hama
1. Ulat Grayak
(Spodoptera litura L)
Serangga
dewasa berupa ngengat (kupu-kupu) ulat grayak berwarna coklat
meletakkan telur secara berkelompok, setiap kelompok telur terdiri dari 30-700
butir yang ditutupi bulu-bulu berwarna merah kecoklatan. Telur akan menetas 3
hari. Ulat yang baru keluar berkelompok di permukaan daun dan memakan
epirdermis daun, sedangkan ulat tua memakan seluruh bagian daun kecuali tulang
daun, sehingga daun-daun yang terserang dari jauh terlihat berwarna putih
(Gambar 2). Ulat grayak aktif pada malam hari. Kepompong terbentuk di dalam
tanah. Setelah 9-10 hari, kepompong akan berubah menjadi ngangat dewasa
(kupu-kupu).
Ambang
ekonomi ulat grayak (Spodoptera litura L.) : 1) Intensitas kerusakan baru
sebesar 12,5% pada umur 20 hst dan lebih dari 20% pada umur tanaman lebih 20
hst, 2) Pada fase vegetative ditemukan 10 ekor ulat instar 3 pada 10 rumpun
tanaman, 3) Pada fase pembungaan ditemukan 13 ekor ulat instar 3 pada 10 rumpun
tanaman, dan 4) Pada fase tanaman pengisian polong ditemukan 26 ekor ulat
instar 3 pada 10 rumpun tanaman.
Gambar 4.
Telur Kupu-Kupu Ulat Grayak
2. Penggerek
polong (Helicoperpa armigera)
Serangga
dewasa atau kupu-kupu (H. armigera) meletakkan telur secara terpencar satu per
satu pada daun, pucuk atau bunga pada malam hari. Telur berwarna kuning muda,
bisanya diletakkan pada tanaman yang berumur 2 minggu. Periode telur 2-5 hari.
Ulat muda makan jaringan daun, sedangkan ulat instar yang lebih tua memakan
bunga, polong muda, dan biji. Warna ulat bervariasi, hijau kekuning-kuningan,
hijau coklat atau agak kecoklatan. Kepompong terbentuk di dalam tanah setelah
12 hari.
Gejala
serangan yang biasa dicirikan dengan kepala dan bagian tubuhnya
masuk ked alam polong. Selain makan polong, ulat muda juga menyerang daun-daun
dan bunga.
Gambar 6.
Gejala serangan penggerek polong pada kedelai
3. Penggerek
polong kedelai (Etiella zinckenella)
Penggerek
polong kedelai (E. zinckenella Treitschke) di Indonesia dikenal dua jenis yaitu
E. zinckenella dan E. hobsoni. Kedua jenis penggerek polong ini mudah dibedakan
dengan melihat tanda garis putih pada sayap depan bagian pinggir imago E.
zinckenella. Imago E. zinckenella meletakkan telur pada polong tanaman pukul
15.00-03.00 dan terbanyak pada pukul 18.00-21.00. Sedangkan E.hobsoni
meletakkan telur pada pukul 12.00-23.59 dan terbanyak pada pukul 15.00-17.59.
Imago
penggerek polong dapat ditemukan dipermukaan pertanaman kedelai sejak
pembungaan sampai menjelang panen. Telur dapat dijumpai pada daun, bunga,
batang, dan polong. Telur dan larva dapat dijumpai pada polong muda sampai tua
baik pada batang bagian atas, tengah, maupun bawah.
Pengendalian
dengan menggunakan insektisida dilakukan bila ditemukan 2 ulat/tanaman atau
bila tingkat serangan mencapai >2,5%. Jenis insekitisida yang dapat
digunakan antara lain : Insektisida yang berbahan aktif permetrin, Sipermetrin,
dll.
Gambar 7.
(a) Ulat penggerek polong (E.zinckenella) dan (b) Imago/Kupu-kupu
4. Kepik
Polong/Kepik Coklat (Riptortus linearis)
Serangga
dewasa dari kepik polong ini mirip dengan walang sangit, berwarna coklat,
dengan garis putih kekuningan di sepanjang sisi badannya. Panjang tubuh 14-16
cm, telurnya diletakkan secara berkelompok di atas permukaan daun dengan dua
baris. Setelah 6-7 hari, telur menetas menjadi kepik muda yang mirip dengan
semut berwarna merah. Siklus hidup kepolong mulai dari telur sampai menjadi
dewasa sekitar 29 hari.
Gejala
serangan, kepik muda dan dewasa mengisap cairan polong dan biji dengan cara
menusukkan stiletnya pada kulit polong dan terus ke biji kemudian mengisap
cairan biji. Serangan terjadi pada fase perkembangan biji dan pertumbuhan
polong menyebabkan polong dan biji menjadi kempis, kemudian mengering dan
polong gugur.
Gambar 8.
Serangga dewasa Pengisap polong (Riptortus linearis F)
5. Kepik Hijau
(Nezara viridula) Pengisap Polong
Hama kepik
hijau merupakan hama polyphagus yang dapat menyerang beberapa jenis tanaman
antara lain : padi, kedelai, kacang hijau, kacang panjang, kapas, dll. Telurnya
diletakkan secara berkelompok di atas permukaan daun bagian atas, bawah,
polong, dan batang tanaman dengan rata-rata 80 butir. Telur menetas setelah 5-7
hari. Satu ekor serangga dewasa mampu meletakkan telur sekitar 1100 telur.
Nimfa yang baru keluar bergerombol berwarna coklat kemerahan dan selanjutnya
berwarna hitam keputihan.
Kepik mulai
datang di pertanaman pada saat menjelang pembungaan. Nimfa dan dewasa merusak
polong dan biji dengan cara menusuk dan mengisap cairan polong dan biji pada
semua stadia pertumbuhan. Kerusakan yang diakibatkan oleh pengisap polong
adalah penuruan hasil dan kualitas biji. Pengendalian dengan menggunakan
insektisida direkomendasikan bila mencapai ambang kendali yaitu : 1) bila mencapai
intensitas kerusakan >2% dan 2) bila ditemukan 1 pasang imago/serangga
dewasa pada 20 rumpun tanaman.
Gambar 9.
Serangga Dewasa Kepik Hijau (Nezara viridula)
6. Lalat Kacang
(Agromyza phaseoli Tryon)
Serangga
dewasa meletakkan telurnya pada kotiledon dan ada juga pada daun pertama dan
kadang-kadang pada daun tua, tetapi yang selalu terjadi adalah pada daun muda.
Telur menetas menjadi larva pertama, larva ini menggerek ke dalam kotiledon
menuju pangkal daun. Kemudian larva ini melanjutkan ke bagian kutikula dan
pangkal batang memakan dan jaringan tanaman menjadi rusak.
Gambar 10.
Serangga dewasa/imago lalat kacang (Agromyza phaseoli)
- Pengendalian Penyakit Tanaman Kedelai
1. Penyakit
Busuk Akar
Penyakit
busuk akar disebabkan oleh jamur yang menyerang biji sebelum dan sesudah
munculnya dipermukan tanah. Pembusukan pada akar dan batang menyebabkan tanaman
menjadi layu pada saat perkecambahan dan tanaman dewasa. Gejala yng terjadi
pada tanaman dewasa yaitu pertama daun pinggirnya menjadi kuning dan selanjutnya
menjadi layu. Penyakit busuk akar ini dapat dikendalikan dengan menggunakan
fungisida yang berbahan aktif Mankozeb, Metil tiofanat, Klorotalonil, dan
Benomil.
2. Penyakit
Busuk Batang
Penyakit
busuk batang ini disebabkan oleh cendawan Sclerotium rolfsii Sacc. Cendawan ini
menyerang tanaman muda sehingga dikenal sebagai penyakit tanaman muda atau
penyakit pembibitan walaupun pada kondisi tertentu dan lingkungan yang
memungkinkan patogen ini dapat menimbilkan kerusakan pada tanaman dewasa pada
bagian daun bahkan polong kedelai.
Gejala
penyakit busuk batang tanaman yang sakit menunjukkan gejala penyakit berupa
nekrosis pada jaringan floem pada pangkal batang. Nekrosis terjadi pada pangkal
batang dekat permukaan tanah. Pada tanaman sakit yang menunjukkan gejala layu,
pangkalnya berubah warna menjadi coklat kemerahan. Apabila tanaman sakit ini
dibiarkan terus pada tanah dalam kondisi lembab, maka dalam waktu 5-6 hari akan
muncul miselium dipermukaan tanah membentuk kipas. Pada kurung waktu 5-6 hari
kemudian berikutnya akan muncul Sclerotium muda berwarna putih yang kemudian
semakin gelap dengan bertambahnya umur dan akhirnya berwarna coklat kemerahan
pada kondisi matang.
Pengendalian
penyakit ini dapat digunakan fungisida Mankozeb, Metil tiofanat, Klorotalonil,
dan Benomil. Penggunaan Trichoderma sp sebagai model pengendalian menggunakan
jamur antagonis yang efektif dan aman dari pengaruh dampak lingkungan.
3. Penyakit
Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi)
Epidemi
diperparah dengan panjangnya waktu daun dalam kondisi basah dengan temperatur
kurang dari 28 Co. Perkembangan spora dan penetrasi spora membutuhkan air bebas
dan terjdi pada suhu 8-28 Co . Uredia mencul 9-10 hari setelah infeksi dan
urediniosproa diproduksi setelah 3 minggu. Pada kondisi lembab yang panjang dan
periode dingin dibutuhkan untuk menginfeksi daun-daun dan sporulasi. Penyebaran
urediniospora dibantu oleh hembusan angin pada waktu hujan. Patogen ini tidak
ditularkan melalui benih.
Gejala
timbul pada daun pertama berupa bercak-bercak yang berisi uredia (badan buah
yang memproduksi spora). Bercak ini berkembang ke daun-daun di atasnya dengan
bertambahnya umur tanaman. Bercak terutama terdapat pada permukaan bawah daun.
Warna berupa coklat kemerahan seperti warna karat. Bentuk bercak umumnya
bersudut banyak berukuran sama (1 mm). Bercak ini juga terlihat pada bagian
batang dan tangkai daun.
Gambar 11.
Penyakit karat pada kedelai
4. Penyakit
Bercak, Bercak Biji, dan Hawar Daun (Cercospora kikuchii)
Gejala pada
daun, batang, dan polong sulit dikenali sehingga pada polong yang normal
mungkin bijinya sudah terinfeksi. Gejala awal pada daun timbul saat pengisian
biji dengan kenampakan warna ungu, ungu muda yang selanjutnya menjadi kasar,
kaku, dan berwarna ungu kemerahan. Bercak berbentuk menyudut sampai tidak beraturan
dengan ukuran beragam dari sebuah titik sebesar jarum sampai menjadi 10 mm dan
menyatu menjadi bercak yang lebih besar. Gejalanya mudah diamati pada biji yang
terserang yaitu timbul bercak warna ungu. Biji mengalami diskolorasi dengan
warna yang bervariasi dari merah muda atau ungu pucat sampai ungu tua dan
berbentuk titik sampai titik beredar dan membesar.
Jamur
Cercospora kikuchii ini menghasilkan spora yang melimpah pada suhu 23-27 Co
dalam waktu 3-5 hari pada jaringan yang terinfeksi termasuk biji. Penyakit ini
tidak menurunkan hasil secara langsung, tetapi menurunkan kualitas biji dengan
adanya bercak ungu yang kadang-kadang mencapai 50% permukaan biji. Inokulum
pertama dari biji atau jaringan tanaman terinfeski yang berasal dari pertanaman
sebelumnya. Di lapangan dengan temperatur 28-30 Co disertai kelembaban tinggi
cukup lama akan memacu perkembangan penyakit bercak dan hawar daun. Infeksi
penyakit meningkat dengan bertambah panjangnya periode embun dan pada varietas
yang berumur pendek gejala penyakit akan lebih berat.
5. Penyakit
Virus Mosaik (SMV)
Tulang daun
pada yang masih muda menjadi kurang jernih. Selanjutnya daun berkerut dan
mempunyai gambaran mosaik dengan warna hijau gelap di sepanjang tulang daun.
Tepi daun sering mengalami klorosis. Tanaman yang terinfeksi SMV ukuran bijinya
mengecil dan jumlah biji berkurang sehingga hasilnya turun. Bila penularan
virus terjadi pada tanaman muda, penurunan hasil berkisar 50-90%.
Siklus hidup
penyakit dan Epidemiologi SMV dapat menginfeksi tanaman kacang-kacangan :
kedelai, buncis, kacang hijau, kacang panjang, kapri, dan orok-orok. Virus SMV
tidak aktif pada suhu 55-70 Co dan tetap efektif pada daun kedelai kering
selama 7 hari pada suhu 25-33 Co. Partikel SMV sukar dimurnikan karena cepat
mengalami degregasi. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah : 1) menanam
varietas tahan atau toleran, 2) Mengendalikan vektornya termasuk jenis
kutu-kutu (Aphis sp), dan 3) mengendalikan jenis tanaman inang lainnya termasuk
jenis kacang-kacangan lainnya.
Gambar 12. Gejala penyakit
virus kedelai (SMV) pada daun dan biji
Sumber:
BPTP
Sulawesi Selatan. 2012. Teknologi Budidaya Kedelai pada Lahan Sawah. Badan
Litbang Pertanian. Kementrian Pertanian
Comments
Post a Comment