Penggunaan Pupuk Organi
Oleh
Koordinator penyuluh kecamatan Bobotsari
Pupuk organik merupakan pupuk yang tersusun dari
materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan
manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung
banyak bahan organik daripada kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa
kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol
jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang
menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota (sampah).
Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa
sebagian besar lahan pertanian intensif menurun produktivitasnya dan telah
mengalami degradasi lahan, terutama terkait dengan sangat rendahnya kandungan
karbon organik dalam tanah, yaitu 2%. Padahal untuk memperoleh produktivitas
optimal dibutuhkan karbon organik sekitar
2,5%. Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian
baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan
meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik
dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah
degradasi lahan.
Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam,
dengan karakteristik fisik dan kandungan kimia yang sangat beragam sehingga
pengaruh dari penggunaan pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat
bervariasi. Selain itu, peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika,
kimia biologi tanah serta lingkungan. Pupuk organik yang ditambahkan ke dalam
tanah akan mengalami beberapa kali fase perombakan oleh mikroorganisme tanah
untuk menjadi humus. Bahan organik juga berperan sebagai sumber energi dan
makanan mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba tersebut
dalam penyediaan hara tanaman. Penambahan bahan organik di samping sebagai sumber
hara bagi tanaman, juga sebagai sumber energi dan hara bagi mikroba.
Bahan dasar pupuk organik yang berasal dari sisa
tanaman sedikit mengandung bahan berbahaya. Penggunaan pupuk kandang, limbah
industri dan limbah kota sebagai bahan dasar kompos berbahaya karena
banyak mengandung logam berat dan asam-asam organik yang dapat mencemari
lingkungan. Selama proses pengomposan, beberapa bahan berbahaya ini akan
terkonsentrasi dalam produk akhir pupuk. Untuk itu diperlukan seleksi bahan
dasar kompos yang mengandung bahan-bahan berbahaya dan beracun (B3). Pupuk
organik dapat berperan sebagai pengikat butiran primer menjadi butir
sekunder tanah dalam pembentukan pupuk. Keadaan ini memengaruhi penyimpanan,
penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu tanah. Bahan organik dengan karbon dan
nitrogen yang banyak, seperti jerami atau sekam lebih besar pengaruhnya pada
perbaikan sifat-sifat fisik tanah dibanding dengan bahan organik yang
terdekomposisi seperti kompos.
Pupuk organik memiliki fungsi kimia yang penting seperti
penyediaan hara makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan
sulfur) dan mikro seperti zink, tembaga, kobalt, barium, mangan, dan besi,
meskipun jumlahnya relatif sedikit.Unsur hara makro dan mikro tersebut sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, terutama bagi pencinta tanaman hias.
Banyak para pelaku hobi dan pencinta tanaman hias bertanya tentang
komposisi kandungan pupuk dan prosentase kandungan nitrogen, fosfor dan
kalium yang tepat untuk tanaman yang bibit, remaja, atau dewasa/indukan. Dengan
demikian, penggunaan Pupuk Organik mempunyai banyak manfaat apabila
diaplikasikan dalam pemupukan lahan tanaman pertanian.
Adapun penekanan pemakaian pupuk organik secara
kontinu dan berkesinambungan akan memberikan keuntungan dan manfaat dalam
pemakaian jangka panjang:
1.
Pupuk organik mampu berperan memobilisasi atau
menjembatani hara yang sudah ada ditanah sehingga mampu membentuk partikel ion
yang mudah diserap oleh akar tanaman.
2.
Pupuk organik berperan dalam pelepasan hara tanah
secara perlahan dan kontinu sehingga dapat membantu dan mencegah terjadinya
ledakan suplai hara yang dapat membuat tanaman menjadi keracunan.
3.
Pupuk organik membantu menjaga kelembaban tanah dan
mengurangi tekanan atau tegangan struktur tanah pada akar-akar tanaman
4.
Pupuk organik dapat meningkatkan struktur tanah dalam
arti komposisi partikel yang berada dalam tanah lebih stabil dan cenderung
meningkat karena struktur tanah sangat berperan dalam pergerakan air dan
partikel udara dalam tanah, aktifitas mikroorganisme menguntungkan,
pertumbuhan akar, dan kecambah biji.
5.
Pupuk organik sangat membantu mencegah terjadinya
erosi lapisan atas tanah yang merupakan lapisan mengandung banyak hara.
6.
Pemakaian pupuk organik juga berperan penting dalam
merawat/menjaga tingkat kesuburan tanah yang sudah dalam keadaaan berlebihan
pemupukan dengan pupuk anorganik/kimia dalam tanah.
7.
Pupuk organik berperan positif dalam menjaga
kehilangan secara luas hara Nitrogen dan Fosfor terlarut dalam tanah
8.
Keberadaan pupuk organik yang tersedia secara melimpah
dan mudah didapatkan.
Namun demikian, perlu juga disadari bahwa keuntungan
dan manfaat ganda diatas yang tidak didapatkan dalam pemakaian murni dengan
pupuk anorganik/buatan/kimia. Langkah terbaik adalah mengkombinasikan pemakaian
pupuk kimia dengan pupuk organik secara tepat sehingga tujuan awal untuk
menambah kesuburan tanah dan peningkatan produktiftas tanaman pertanian
terbukti nyata, atau penggabungannya disebut dengan Fisika, Kimia dan Biologi
Kebutuhan Pupuk Organik
Sementara itu tiap-tiap
jenis tanah memiliki keadaan kesetimbangan kandungan bahan organik
sendiri-sendiri. Pada tanah-tanah abu vulkanik (Andisol) seperti tanah di
Lembang, kandungan C organik tanah (ideal), tidak akan sama dengan
kandungan C organik tanah (ideal) pada jenis tanah Inseptisol.
Sehingga jumlah pemberian
pupuk organik pada tiap tanaman dan pada berbagai jenis tanah tidak akan sama.
Untuk menentukan tingkat kandungan C organik dalam tanah, harus dilakukan
dengan analisa laboratorium. Untuk mengetahui berapa kebutuhan pupuk C organik,
dapat dilakukan dengan cara mempergunakan rumus sbb:
Kebutuhan Kompos (C organik)
= C organik Tanah x 1.724 x 20 cm x 10.000 m2. Sebagai ilustrasi, apabila hasil
analisa laboratorium tanah diketahui kandungan C organik tanah di suatu tempat
adalah 2.56 %, Maka menghitung kandungan C organik tanah dalam lapisan olah (20
cm) seluas 1 ha adalah:
Kandungan C organik lapisan olah tanah adalah = 2.56 x 1,724
x 20 x 10.000 = 8.800 kg /ha = 8.8 ton / ha
Sementara itu ada juga yang
mengelompokan tingkat kandungan bahan organik tanah secara umum, seperti
dapat dilihat pada tabel berikut:
Kandungan Organik
(% Berat Tanah)
Metoda Welkley - Black
|
Tingkat
|
Setara Dengan
Ton / ha
|
> 20
|
Sangat Tinggi
|
> 68.9
|
10 – 20
|
Tinggi
|
34.48 – 68.9
|
4 – 10
|
Sedang
|
13.79 – 34.48
|
2 - 4
|
Rendah
|
4.34 – 13.79
|
< 2
|
Sangat Rendah
|
< 4.34
|
Sumber: Metson (1961) dalam
Brooker Tropical Soil Manual 1984
Dengan demikian rekomendasi
pemberian pupuk organik dilakukan berdasarkan kekurangan kandungan C organik
dalam tanah. Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan bahwa bila
berdasarkan analisa laboratorium tanah, kandungan C organik tanah
adalah 2.56 % setara dengan 8.8 ton / ha, maka berdasarkan keadaan tingkat
kesuburan C organik tanah, kandungan organik tanah berada pada tingkat rendah.
Berapa persisnya kebutuhan
pupuk Organik, adalah sangat tergantung kepada jenis tanah dan jenis
tanaman. Keadaan ini baru akan diketahui dengan lebih akurat apabila
dilakukan pengujian lapangan. Tetapi dengan bantuan panduan tingkat kesuburan
tanah pada tabel 5 di atas, dapat diketahui secara umum bahwa untuk mencapai
tingkat kesuburan C organik tanah sedang, yaitu 13.79 s/d 34.48 ton / ha, maka
diperlukan penambahan pupuk organik sebesar = (13.79 s/d 34.48 ) – 8.8
ton = 4.99 s/d 25.4 ton /ha.
Sumber:
BPK Lenteng Sumenep. 2014. Cara Pemakaian dan Menghitung Kebutuhan Pupuk Kompos /Bokashi. http://bpplentengsumenep.blogspot.co.id (on line)
Munanto B., 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik . http://www.kulonprogokab.go.id/v21/Manfaat-Penggunaan-Pupuk-Organik_3113 (on line)
Comments
Post a Comment