Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah
suatu konsepsi atau cara berpikir mengenai pengendalian Organisme Pengganggu
Tumbuhan (OPT) dengan pendekatan ekologi yang bersifat multidisiplin untuk
mengelola populasi hama dan penyakit dengan memanfaatkan beragam taktik
pengendalian yang kompatibel dalam suatu kesatuan koordinasi pengelolaan.
Karena PHT merupakan suatu sistem pengendalian yang menggunakan pendekatan
ekologi, maka pemahaman tentang biologi dan ekologi hama dan penyakit menjadi
sangat penting.
Konsep PHT
Konsep
PHT terbagi dalam dua kelompok, yaitu:
1.
PHT teknologi
2.
PHT ekologi.
Tujuan dari PHT teknologi adalah untuk membatasi
penggunaan insektisida sintetis dengan memperkenalkan konsep ambang ekonomi
sebagai dasar penetapan pengendalian hama. Pendekatan ini mendorong penggantian
pestisida kimia dengan teknologi pengendalian alternatif, yang lebih banyak
memanfaatkan bahan dan metode hayati, termasuk musuh alami, pestisida
hayati,dan feromon.
Konsep PHT ekologi berangkat dari perkembangan dan
penerapan PHT dalam sistem pertanian di tempat tertentu. Dalam hal ini,
pengendalian hama didasarkan pada pengetahuan dan informasi tentang dinamika
populasi hama dan musuh alami serta keseimbangan ekosistem.
Prinsip PHT
Ada empat prinsip dasar yang mendorong
penerapan PHT secara nasional,terutama dalam rangka program pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Beberapa prinsip yang mengharuskannya
PHT pada tanaman sayuran adalah seperti dinyatakan dalam uraian berikut ini.
1.
Budidaya tanaman sehat
Budidaya
tanaman yang sehat dan kuat menjadi bagian penting dalam program pengendalian
hama dan penyakit. Tanaman yang sehat akan mampu bertahan terhadap serangan
hama dan penyakit dan lebih cepat mengatasi kerusakan akibat serangan hama dan
penyakit tersebut. Oleh karena itu, setiap usaha dalam budidaya tanaman paprika
seperti pemilihan varietas, penyemaian, pemeliharaan tanaman sampai penanganan
hasil panen perlu diperhatikan agar diperoleh pertanaman yang sehat, kuat dan produktif,
serta hasil panen yang tinggi.
2. Pemanfaatan
musuh alami
Pengendalian
hayati dengan memanfaatkan musuh alami yang potensial merupakan tulang punggung
PHT. Dengan adanya musuh alami yang mampu menekan populasi hama, diharapkan di
dalam agroekosistem terjadi keseimbangan populasi antara hama dengan musuh
alaminya, sehingga populasi hama tidak melampaui ambang toleransi tanaman.
3. Pengamatan
rutin atau pemantauan
Agroekosistem
bersifat dinamis, karena banyak faktor di dalamnya yang saling mempengaruhi satu
sama lain. Untuk dapat mengikuti perkembangan populasi hama dan musuh alaminya
serta untuk mengetahui kondisi tanaman, harus dilakukan pengamatan secara
rutin. Informasi yang diperoleh digunakan sebagai dasar tindakan yang akan
dilakukan.
4. Petani
sebagai ahli PHT
Penerapan
PHT harus disesuaikan dengan keadaan ekosistem setempat. Rekomendasi PHT
hendaknya dikembangkan oleh petani sendiri. Agar petani mampu menerapkan PHT,
diperlukan usaha pemasyarakatan PHT melalui pelatihan baik secara formal maupun
informal.
Hal-hal yang diperlukan untuk penerapan PHT
Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah dikemukakan, maka
untuk penerapan PHT diperlukan:
1. Komponen
teknologi,
2. Sistem
pemantauan yang tepat,
3. Petugas
atau petani yang terampil dalam penerapan komponen teknologi PHT.
Beberapa teknik dan tahapan PHT
1.
Kenali varietas yang tahan terhadap hama/penyakit
tertentu
2.
Upayakan tanaman sehat sejak dari bibit
3.
Kendalikan secara bartahap dengan:
·
Fisik dan mekanis
·
Hayati
·
Semi Kimia
·
Pestisida kimiawi
Sumber :
Efendi
B.S., 2009. Strategi Pengendalian Hama
Terpadu Tanaman Padi dalam Perspektif Praktek Pertanian yang Baik (Good
Agricultural Practices). Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian 2(1), Balai
Besar Penelitian Tanaman Padi. Subang.
Comments
Post a Comment